Assalamualaikum Wr. Wb.
MENJAGA LISAN
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan
komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu
komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak
al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis
(sunah Nabi).
Dalam Al-Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah
selalu berkomunikasi dengan hamba-Nya melalui wahyu. Untuk
menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah
juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui
matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah
(perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya
para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak
buku-buku tafsir. Penerapan komunikasi islam terdapat
dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti QS An-Nahl: 125, QS Al-Baqarah: 83, QS Ali
Imran: 154, QS An-Naba’: 2-3, QS Al-Furqan: 63, QS Fussilat: 33, QS An-Nisaa:
154, QS Al-‘Ankabuut: 460 dan masih banyak lagi lainnya. Ayat-ayat diatas
memberikan penegasan tentang esensi (hakikat) komunikasi islam sampai kepada
tahap pelaksanaannya.
Selain itu,
kita mendapati Rasulullah SAW dalam berkomunikasi dengan keluarga, sahabat dan
umatnya. Komunikasi beliau sudah terkumpul dalam ratusan ribu hadits yang menjadi
penguat, penjelas Al Qur’an sebagai petunjuk bagi kehidupan umat manusia.
Didalam hadits, ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana
Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Misalnya, pertama, qulil haqqa walaukana murran (katakanlah
apa yang benar walaupun pahit rasanya). Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak
bisa,diamlah). Ketiga, laa takul qabla
tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu). Keempat,
Nabi menganjurkan berbicara yang
baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya,
“Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam
pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana
sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”. Kelima,
selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya
Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang menjungkirkan-balikkan
fakta (fakta) dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput
dengan lidahnya”. Pesan Nabi saw tersebut bermakna luas bahwa dalam
berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan
kita alami.
Etika bertuturkata atau biasa disebut
ada 6 jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan)
yaitu:
1.
Qaulan Sadidan (perkataan
benar, lurus, jujur)
Kata “qaulan sadidan” disebut dua kali dalam Al-Qur’an. Pertama, Allah
menyuruh manusia menyampaikan qaulan
sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan, terdapat dalam Firman Allah
QS An-Nisa ayat 9 :
وَلْيَخْشَ
الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ
فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
Artinya: “Dan hendaklah takut
(kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang
lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap
(kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah
dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadidan)”.
Apa arti qaulan
sadidan? Qaulan sadidan artinya pembicaraan yang benar, jujur,
(Picthall menerjemahkannya “straight to
the point”), lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit. Prinsip komunikasi
yang pertama menurut Al-Quran adalah berkata yang benar. Ada beberapa makna
dari pengertian yang benar :
-
Sesuai
dengan kriteria kebenaran
Arti pertama benar adalah sesuai dengan kebenaran.
Dalam segi substansi mencakup faktual, tidak direkayasa atau dimanipulasi.
Sedangkan dari segi redaksi, harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar,
baku dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Buat kita orang islam, ucapan yang benar tentu ucapan
yang sesuai dengan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ilmu. Jadi, kalau kita sedang
berdiskusi dalam perkuliahan maupun organisasi harus merujuk pada Al-Qur’an,
petunjuk dan ilmu. Al-Qur’an mentindir keras orang-orang yang berdiskusi tanpa
merujuk kepada ketiganya, ini ada dalam QS Luqman ayat 20.
-
Tidak bohong
Arti kedua dari qaulan
sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong. Nabi Muhammad saw bersabda:
“Jauhi dusta karena dusta membawa kamu pada dosa, dan dosa membawa kamu pada
neraka. Lazimlah berkata jujur, karena jujur membawa kamu kepada kebajikan,
membawa kamu pada surga.” Meskipun kepada anak-anak kita tidak dianjurkan
berbohong kepada mereka, bahkan seharusnya kita mengajarkan kejujuran kepada
mereka sejak dini.
2.
Qaulan Balighan (perkataan yang
membekas pada jiwa, tepat sasaran, komunikatif, mudah mengerti)
Ungkapan ini terdapat dalam QS An-Nisa
ayat 63 yang berbunyi:
أُولَئِكَ
الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ
وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا
Artinya: “Mereka itu adalah
orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah
kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
Kata “baligh” dalam bahasa arab
artinya sampai, mengenai sasaran atau mencapai tujuan. Apabila dikaitkan dengan
qaul (ucapan atau komunikasi),
“baligh” berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat menggunakan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu prinsip qoulan balighan dapat diterjemahkan
sebagai prinsip komunikasi yang efektif.
3.
Qaulan Masyura (perkataan yang
ringan)
Dalam komunikasi, baik lisan maupun
tulisan, mempergunakan bahasa yang mudah, ringkas dan tepat sehingga mudah
dicerna dan dimengerti. Dalam Al-Qur’an ditemukan istilah qaulan maisura yang
merupakan salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan mempergunakan
bahasa yang mudah dimengertidan melegakan perasaan.
Dalam Firman Allah dijelaskan:
وَإِمَّا
تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ
قَوْلا مَيْسُورًا
Artinya:
“Dan jika kamu berpaling dari mereka
untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada
mereka ucapan yang pantas”. (QS. Al-Israa’: 28)
Maisura seperti yang terlihat pada ayat
diatas sebenarnya berakar pada kata yasara, yang secara etimologi berarti mudah
atau pantas. Sedangkan qaulan maisura menurut Jalaluddin Rakhmat, sebenarnya
lebih tepat diartikan “ucapan yang menyenangkan,” lawannya adalah ucapan yang
menyulitkan. Bila qaulan ma’rufa berisi petunjuk via perkataan yang baik,
qaulan maisura berisi hal-hal yang menggembirakan via perkataan yang mudah dan
pantas.
4.
Qaulan Layyina (perkataan yang
lemah lembut)
Perintah
menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam AlQur’an:
فَقُولا لَهُ
قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
Artinya:
”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Thaahaa:44).
Ayat di atas
adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara
lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati
komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya
tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita.
Dari ayat
tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti
pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh
keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara,
seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila
berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh
hati siapapun yang mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang
dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus
terang atau lugas, apalagi kasar.
5.
Qaulan Karima (perkataan yang
mulia)
Islam
mengajarkan agar mempergunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi kepada
siapapun. Perkataan yang mulia ini seperti terdapat dalam ayat AlQur’an (QS. Al Isra’ ayat 23) yaitu:
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
Artinya: “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik
kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak keduanya
dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.
Dengan
penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa qaulan karimah adalah perkataan yang mulia,
dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan
bertatakrama. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima
bermakna mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan
menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.
6.
Qaulan Ma’rufa (perkataan yang
baik)
Qawlan
ma’rufa dapat diterjemahkan dengan
ungkapan yang pantas. Kata ma’rufa berbentuk isim maf’ul yang berasal dari
madhinya, ’arafa. Salah satu pengertian mar’ufa secara etimologis
adalah al-khair atau al-ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jadi qawlan
ma’rufa mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas.
Kata Qaulan
Ma`rufa disebutkan Allah dalam QS An-Nissa ayat 5 dan 8, QS Al-Baqarah
ayat 235 dan 263, serta Al-Ahzab ayat 32. Berikut ini Sabda Allah QS Al-Ahzab
ayat 32 ialah:
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ
كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ
فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
Artinya: “Hai isteri-isteri
Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada
penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.”
Allah
menciptakan segala sesuatu di dunia ini sangat sempurna saking sempurnanya
tidak satu biji zahro pun luput dari penglihatannya, contoh kecil apa yang ada
di dalam tubuh kita meski tidak terlihat tapi bagian tersebut bisa merasakan
apa itu manis, pahit asin atau hambar karena apa yang kita rasakan pertama pun
itu sesuatu hal yang baik yang sudah ada jatah atau disiapkan sejak dari
kandungan dan pada saat dilahirkan oleh Allah yaitu Air Susu, meski tertutup
oleh mulut dan tak bertulang Lidah memiliki begitu banyak fungsinya seperti
yang kita rasakan saat ini.
Lidah seseorang
atau disebut juga lisan sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Namun
ucapan-ucapan yang tidak sesuai dengan tutur kata atau etika komunikasi akan
mendatangkan konsekuensi bagi yang mengucapkannya baik itu disadari atau tanpa
ia sadari.
Hal ini telah
kita lihat atau dengar yang kasus akibat penistaan agama plt gubernur basuki
cahaya purnama atau ahok dia dengan tegas mengucapkan beberapa kalimat yang
tidak pantas di beberapa media massa (televisi) meski itu ungkapan politis atau
pun perkatan emosional.
Ada
larangan-larangan yang perlu diketahui dan ini pun yang tidak diketahui oleh
ahok :
-
Larangan Memaki Orang Islam Tanpa Haq
(Kebenaran)
-
Larangan Menyelidiki Kesalahan
Orang Serta Mendengarkan
Pada Pembicaraan Yang Orang Ini Benci Kalau la Mendengarnya
-
Larangan menyakiti
Allah
Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang menyakiti
orang-orang mu'min, lelaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu yang mereka lakukan, maka orang-orang yang menyakiti itu menanggung
kebohongan dan dosa yang nyata." (al-Ahzab: 58)
Karena dengan kasus penistaan agama ini
semakin membuka lebar peluang kejahatan yang ada di antara sesama kita maupun
sesama orang islam (muslim). Kejahatan apakah itu dunia maya (cyberbullying).
Kejahatan
dunia maya atau Cyberbullying memang sudah ada sejak lama kejahatan dunia
maya sebetulnya segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan
dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyber bullying
adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi,
atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi
digital atau telepon seluler.
Cyber bullying
dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18 tahun dan secara
hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau
keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan
dikategorikan sebagai cyber crime atau cyber stalking (sering juga disebut cyber
harassment).
hal apa yang
perlu di lakukan seseorang atau seorang muslim adalah ketika mengalami
kesulitan, kebuntuan dan ketika hawa nafsu berada
Anas r.a.: Sekarang banyak diantaramu lakukan
perbuatan dan dianggap biasa-biasa, tetapi pada masa Rosul perbuatan itu adalah
nerusak agama (BUKHORI)
Sebagai penutup
sekaligus doa yang saya kutip dari surat al mai’dah ayat 114 “......ya tuhan
kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan
menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami
maupun yang datang setelah kami dan menjadi tanda kekusaan engkau; berilah kami
rezeki, dan engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”
Sumber :
https://www.academia.edu/11167050/ETIKA_KOMUNIKASI_DALAM_PERSPEKTIF_ISLAM
Kajian subuh di
mesjid al muhajirin mengenai bab larangan kitab Riyadus-Shalihin
https://almanhaj.or.id/3197-menjaga-lisan-agar-selalu-berbicara-baik.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Cyberbullying
http://dakwahislam.net/menjaga-lisan/