Aspirasi dari hati yang terkecil

Rabu, 05 September 2018

Furqon siapa dan mana?


Oleh : Wendi Maulana Akhirudin
Suatu ketika nashrudin di angkat menjadi hakim pendamping, pada suatu ketika ada seorang kakek melaporkan sebuah kasus kepada hakim ketua bahwa di rumahnya terjadi perampokan. Lalu si kakek pemilik rumah itu menceritakan kejadiannya. “Pada waktu itu saya sedang berkebun di rumah saya, lalu terdengar benda terjatuh didalam rumah. Nah ketika saya masuk kedalam rumah ada beberapa benda berserakan dan saya melihat beberapa orang berlari karena melihat saya masuk rumah. Dan saya mendengar salah satu perampok itu menyebut-nyebut nama furqon.”
“furqon....?” hakim mengucapkan. akan tetapi si hakim tampak kebingungan karena begitu banyak furqon di negeri ini karena namanya pun furqon al haddad. ”masa aku nanti dituduh merampok” gumam hakim itu dalam hatinya.
“Baiklah serahkan kasus ini ke hakim pendamping, yang akan memutuskan karena aku pun harus diperiksa karena aku sendiri bernama furqon, setelah itu tangkap semua furqon dinegeri ini dan sidang dilanjutkan esok hari setelah seluruh furqon tertangkap” ucap hakim ketua. Kemudian hakim ketua memasuki ruangannya kemudian menanggalkan baju hakimnya dan memasuki ruang penahanan.
Keesokan harinya kakek itu datang kembali ke ruang pengadilan setelah mendapatkabar bahwa seluruh furqon ditangkap. Maka bagian humas membawa kakek itu kepada Nahsrudin sesuai perintah hakim ketua tersebut.
Nashrudin, sang hakim pendamping, mendengarkan semua pengaduannya. Setelah itu ia berkata “Kumpulkan seluruh Furqon itu di ruangan ini dan bariskan” sesaat semuanya di kumpulkan Nashrudin kaget melihat hakim ketua turut berbaris. Lalu Nashrudin menghampiri hakim ketua tersebut dan berkata “ kenapa anda berada ditengah-tengah barisan ini wahai hakim ketua” lalu hakim ketua itu berkata “karena namaku sendiri furqon, jadi aku menyerahkan sendiri untuk di tangkap”
kemudian Nashrudin mengintograsi mereka satu persatu dan hasilnya nihil karena tidak ada satu pun yang mengakuinya telah merampok di rumah kakek tersebut termasuk haki mketua tadi. Nashrudin menghampiri si kakek dan berkata “hai kakek seperti apa rupanya karena tidak ada satupun yang mengakuinya” dan si kakek  menjawab “aku tidak tahu persis rupanya tapi yang jelas aku mendengar salah satu temannya memanggil nama furqon”
Nahsrudin berpikir sejenak karena kebingungan, setelah mendapatkan idenya dan ia berkata ”Baiklah tunggu sejenak saya akan membawa furqon mungkin saja dapat membantu dan mungkin juga termasuk pelakunya yang disebut si kakek, karena dia tinggal di rumah saya” lalu si Nashrudin keluar ruang sidang untuk kerumahnya.
Dan Nashrudin kembali sambil membawa semacam buku atau kitab. Lalu di tempatkan buku itu di kursi intograsi. Dan orang didalam itu bertanya kepada Nashrudin “wahai hakim mana si furqon itu?” lalu Nashrudin menjawab “inilah furqon yang aku maksud, karena si furqon ini telah hidup berabad-abad lalu dan Dia inilah yang membuatku tenang dan menjawab semua persoalan hidupku, Dia pun Imam dalam hidupku sebagai salah satu rukun yang harus aku yakini dalam agamaku  dan mungkin saja dia yang disebut oleh perampok itu” dan seluruh isi ruang sidang tampak kebingungan. Lalu Nasrudin berkata “kaukah yang mermpok rumah kakek itu?” semua semakin kebingungan lalu si kakek bertanya kepada si Nashrudin “Apakah kau mau mempermainkan saya dan ruang sidang ini wahai hakim karena kitab itu takkan menjawab dan dia bukanlah pelakunya” Nashrudin menjawab “lalu furqon siapa yang kamu maksud sedangkan kau tidak tahu wajahnya” orang-orang pun semakin keheranan dan berpikir bahwa si Nashrudin itu telah gila karena tidak bisa menangani kasus itu
lalu si kakek itu berpikir sejenak kembali dan berkata ”baiklah lupakan saja kasus ini, lagi pula ini juga salah saya karena tidak tahu persis furqon itu seperti apa hanya mendengar nama saja yang disebut” lalu Nashrudin berkata “baiklah jika memang itu menjadi keputusanmu wahai kakek, maka dengan ini kasus ini saya tutup” semua bergembira meski ada sedikit kesal kepada si kakek. Tapi di tengah kerumunan ada salah satu pemuda terdiam dan bercucuran keringat lalu berdiri sambil berkata dengan lantang “akulah si furqon yang dimaksud oleh si kakek!”
lalu di tangkaplah pemuda tersebut dan semua keluar ruang sidang yang tinggal didalam itu hanya pemuda tersebut si kakek, Nashrudin dan hakim ketua yang kembali memakai kembali baju hakimnya.
Dan Nashrudin bertanya kepada pemuda tersebut “ kenapa kamu merampok kakek tersebut?”
pemuda itu menjawab “karena aku tidak memiliki pekerjaan lain selain merampok, karena saya mendengar bahwa kakek itu orang yang kikir, dan iri hati maka tempat yang pas untuk di rampok”
Nashrudin sambil berpikir “oh begitukah...?? tapi karena kamu bersalah kamu harus saya tangkap berdasarkan hukum yang berlaku”
Tapi kakek itu berkata “saya maafkan pemuda itu karena pengakuannya, setelah mendengar ceritanya dan saya pun tidak meminta apapun dari pemuda itu”
Nashrudin berkata ”baiklah jika memang itu menjadi keputusanmu, berarti sidang ini di tutup dan sesudah itu saya akan bertanya kepadamu wahai hakim ketua kenapa kamu mau turut atau mengajukan diri untuk ditahan, dan kau wahai furqon kenapa kau mengakuinya bahwa kau permpoknya padahal bisa saja kau keluar sidang tadi setelah kasus itu akan ditutup, dan kakek kenapa kamu memaafkannya padahal bisa saja pemuda saya hukum qishash”
lalu hakim ketua menjawab pertanyaan itu “Wahai Nashrudin karena aku tak ingin tak ada lagi lelaki sejati yang yang bersedia di hakimi karena persoalan karena kesamaan namanya dengan yang lainnya, dan juga kalaupun saya bersalah tidak ada lagi yang berlindung dibalik kekuasaannya.maka dari itu saya mengajukan diri untuk diperiksa” dan pemuda itupun berkata “kenapa saya mengakui perbuatan saya, karena saya takut suatu hari tidak ada lagi yang berjiwa kesatria yang berani mempertanggungjawabkan perbuatannya di kalangan umat Muhammad SAW. Dan kakek itu berkata “wahai hakim karena saya tidak ada yang lebih utama dari memberi maaf di kala mampu. Ini saya lakukan agar orang tidak mengatakan bahwa tidak ada lagi orang berjiwa besar yang mau memaafkan saudaranya di kalangan umat Muhammad Saw bahkan saya akan memperkerjakan pemuda itu di kebun saya tapi harus saya luruskan bahwa saya tidak terlalu iri hati kepada orang lain bahkan saya selalu berderma pada waktunya dan di kala saya mampu”
lalu semua bertanya kepada Nashrudin “ kenapa kamu membawa Kitab-Kitab itu kemari”
dan Nashrudin menjawab “saya tidak ingin bahwa tak ada lagi di kalangan umat Muhammad Saw ketika memecahkan masalah dan tak memiliki titik temu tidak kembali kepada Al Quran dan Assunah(Hadist) makanya saya serahkan kembali kepada Al Quran dan Hadist”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar