Aspirasi dari hati yang terkecil

Minggu, 03 Januari 2016

IT’S TIME TO THINKIT’S TIME TO THINK



Oleh : Wendi Maulana Akhirudin
Tulisan ini mungkin akan berbeda dengan apa yang akan dibahas dalam sebuah isi cerita ini, tapi makna yang ada dalam cerita ini, mungkin sama dengan apa yang akan diceritakan, hanya saja tinggal siapa yang menjadi pembaca hari ini, ataupun penulis sekaligus yang dapat menentukan apa makna dari cerita ini.
karena dunia ini tak ubahnya sebuah teks terbuka, dan manusia hidup didalamnya sambil menafsirkan segala sesuatu, jadi tak ada yang tanpa tafsiran. Menurut kitab suci di dunia ini penuh dengan tanda-tanda yang dapat ditafsirkan. dalam hal ini cerita ini mengisyaratkan tentang seorang pemuda, bukan menjelaskan tentang arti dari It’s Time To Think, dalam hal ini dalam pemaknaan kata pasti berbeda tiap orang. seperti yang penulis lakukan atau tiap pembaca lakukan, atau mungkin ada yang terpikir dari kata tersebut, apa yang menjadi berbeda itulah yang harus kita sama-sama cermati.
                                                                                                                                     
                                                                                                                                                 Semistory
Ketika itu seorang pemuda yang telah lama berada di dataran dalam suatu dasawarsa perenungan seperti yang di rasakannya, yang membuat dirinya merasakan sesuatu yang membuat dia bermuka pucat pasi, ketika ia mengingat kekasihnya yang pergi, pemuda tersebut melontarkan ucapan yang belum pernah ia lontarkan :

Lihatlah aku …
aku sosok sepi sepi sehelai tirai
kecintaan yang menusuk dari punggungku
kekecewaan tak ubahnya roh yang melilitku
andai dia melihat!
rasa dinginkan kuhangatkan dalam peluk tulusku
mekarnya cinta kusinari dalam hati sanubari
ketulusan tak selamanya indah
camar melompat tanggalkan bulu rapuh
dan ketika cinta terpenggal
sisihkan perih dan penyesalan ….!![1]

Lalu pemuda tersebut terhenti dan melihat keseberang dataran, seakan-akan menghentikan perenungan tapi tetap saja tidak dapat menghentikan pemuda tersebut, dan mereka menggoda dengan kekuatan magis yang mereka punya untuk memperbudak pemuda tersebut, pemuda tersebut membalas godaan mereka, seakan-akan pemuda itu telah tergoda walaupun memang hampir tergoda, dan pemuda itu menjawabnya dengan melantunkan  sebuah ucapan:

sebuah perenungan diseberang dataran cendawan
sebuah penghampaan diri sejati yang meninggalkan nuansa jingga
dan mata batinku bentangkan kemurnian
panorama nun jauh dibalik jurang
kecantikan, keindahan serupa surga
dentingan harpa lembut datang membentangkan pujian
bagi puncak segala pesona disitu[2]

sehingga suatu saat banyak sekali yang ia pikirkan dalam perenungannya sampai-sampai ia terlampau jauh memikirkan hal-hal yang tidak biasanya seorang pemuda seumurannya yang biasanya bermain dengan diperbudak oleh sebuah Matrik[3], dengan memikirkan hal-hal yang sangat jauh dari seusiannya. dalam hal ini pemuda tersebut melantunkan ucapannya kembali apa yang telah dipikirkannya.


[1] AKU I di buat Lpkia tahun 1999
[2] dibuat Lpkia tahun 1999
[3] Matrik disini adalah sebuah tanad-tanda semiotik yang ada di dunia dan ada dimana-mana.untuk lebih jelasnya baca buku posrealitas : Realitas kebudayaan dan pos metafisik.; Yasraf Amir Piliang yang akan segera terbit. dan baca Novel Semiotic Filsatat, Teologis, parody didalam The Name Of The Rose: Umberco Eco

Tidak ada komentar:

Posting Komentar