Aspirasi dari hati yang terkecil

Jumat, 05 Februari 2021

Batik is our culture

 

oleh : Wendi Maulana Akhirudin

Sebagaimana kita ketahui bagian dari ragam budaya di Indonesia dimana unesco mulai mengakui Batik sebagai wasiat dunia (Heritage) tak benda. Karena menyimpan sebuah bentuk budaya yang tersimpan pada sebuah kain, sebagaimana kita ketahui menyimpan begitu cerita dan sarat akan makna. 

Batik sendiri di tinjau dalam bahasa mengandung arti menulis pada selembar kain, karena batik berasal dari kata amba yang berarti kain dan nitik yang berarti menitik atau menulis. Yang bearti batik adalah menulis pada selembar kain, dan alat penitikannya bukan berupa pinsil tapi pena yang digunakan adalah canting, dan lilin malam sebagai perekat pada kain. Sehingga menyebabkan batik memiliki aneka ragam warna adalah lilin malam merekatkan banyak warna. Jadi batik menurut pendapat penulis batik diartikan seni bahasa pada kain. Kenapa? 

Pertama, batik memiliki banyak cerita di setiap motifnya, yang berarti itu bisa sebuah motif yang memiliki nilai sejarah atau sebuah peristiwa sebab-sebab dibuatnya motif batik. Kedua, batik menyiratkan akan makna, yang berarti motif mengisyaratkan akan arti baik itu secara mendalam ataupun tidak. Dan ketiga, batik menyiratkan akan doa atau harapan, sebagaimana kita ketahui doa atau harapan sesuatu hal permintaan yang belum ada secara nyata didapatkan. 

Jika kita tinjau orang-orang zaman dahulu membuat batik membuat batik menurut pendapat penulis tidak terlepas dari 3 unsur tersebut cerita, makna dan doa atau harapan.

Batik truntum misalnya diciptakan oleh permaisuri sunan paku buwana III dari Surakarta Hadiningrat yaitu kanjeng ratu  kencana atau biasa disebut ratu beruk yang memiliki makna cinta yang tumbuh kembali. Jika kita perhatikan dengan seksama, batik truntum mempunyai tatanan yang tampak seperti jajaran bintang yang gemerlap dimalam hari. Sejarah batik truntum berawal dari sang ratu beruk yang tak mampu memberikan keturunan kepada pakubuwono III sehingga membuat sang raja berniat untuk menikah lagi.

Sang ratu sepertinya tidak dapat berbuat apa-apa lagi karena keputusan sang Raja tidak dapat diganggu-gugat, kemudian sang ratu merenung sambil menatap bintang dilangit. Untuk mengusir kesendirian  dan kesedihannya, sang ratu mulai melakukan kegiatan membatik dengan membuat motif batik bintang dilangit kelam yang selama ini selalu menemani kesendiriannya. Hal tersebut menjadi sebuah refleksi dan harapan yaitu suasana langit ditengah malam tiada bulan, namun masih terdapat banyak bintang sebagai penerang langit malam dimana selalu ada kemudahan dan harapan didalam kesulitan. Motif batiknya seperti taburan kuntum bunga melati, atau seperti bintang yang bertaburan di langit. 

Jika saya tinjau meski mungkin tak ada sangkut pautnya, batik truntum dimaknai jangan terlalu bersedih woles dan jangan baperan sebagaimana dalam surat ad dhuha ayat 3-5. Dan ini suatu sikap yang diambil ketika sang ratu dalam mengamalkan di setiap nitiknya pada kain tersebut, berbulan-bulan lamanya penantian panjang cinta itu pun kembali bersemi diantara sang ratu dan sang raja.bermakna cinta yang tumbuh kembali. Dia menciptakan motif ini sebagai symbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum). 

Karena maknanya, kain bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari penikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru. sebagai isyarat bahwa doa atau harapan kedua mempelai bisa menjadi keluarga yang harmonis atau sakinah mawadah warohmah.

Batik wahyu tumurun diciptakan ketika Raja Sultan Hamengkubuwana I di Yogyakarta  akan melakukan itikaf pada 10 malam terakhir di bulan ramadhan agar pada malam terakhir di bulan ramadhan bisa mendapat malam seribu bulan atau lailatu qadar. sehingga direfleksikan pada motif Redi yang isaratakan sebagai representatif  Gunung bercahaya dengan gua di tengahnya, Jabal Nur dan Gua Hira’; tempat wahyu pertama turun, sebagai turunnya alquran pertama kali dan motif Elar: Sayap malaikat.Sawung: Ayam jago. Pertanda waktu fajar, Sebagaimana terdapat pada (QS. Al-Qadr [97]: 4-5). Ketopong (mahkota terbang). Karena penghafal Al Qur’an dipakaikan mahkota yang bersinar melebihi cahaya mentari. Lung-lungan (cabang-cabang tumbuhan). Sebab, yang “akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. Ibrahim [14]: 24). Kusuma (bunga) dan buah Sawo Kecik (sarwo becik; serba baik). Sebab, akhlak pembaca Al Qur’an harus harum mewangi dan manis rasanya (Surah Ibrahim [14] ayat 25). Isen-isen Keras (susunan batuan granit di pegunungan), sebagai pengingat bahwa gunung pun akan hancur karena takut pada Allah jika Al Qur’an diturunkan padanya (Surah Al Hasyr [59] ayat 21). Dan jangan sampai hati kita mengeras bagai batu, padahal di antara batu pun ada yang di selanya mengalir sungai; ada yang terbelah kemudian memancarkan air; dan ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah (Surah Al Baqarah [2] ayat 74).

Batik tambalan dibuat sebagai doa agar mengharapkan si pemakai dalam keadaan sakit bisa sembuh dari sakitnya, dan ini pun di isyaratkan ketika orang yang melihat pemakai nya bisa mendoakan untuk kesembuhan bisa normal kembali seperti dahulu lagi. Karena arti tambal bermakna menambal atau memperbaiki hal-hal yang rusak. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus memperbaiki diri menuju kehidupan yang lebih baik, lahir maupun batin. Dahulu, kain batik bermotif tambal dipercaya bisa membantu kesembuhan orang yang sakit. Caranya adalah dengan menyelimuti orang sakit tersebut dengan kain motif tambal.

Begitupun di berbagai daerah lainnya batik terdapat 3 unsur atau hanya salah satu unsur tersebut. Misalnya batik banten karena saya sudah beberapa bulan di banten, bahwa batik banten itu di awali dari hasil penelitian dari peninggalan benda purbakala yang ada di banten, sebagaimana yang diungkapkan pa uke kurniawan selaku pemilik batik banten, dari segi motif di torehkan pada kain dari tempat-tempat atau desa, nama gelar di kesultanan banten. Motif datulaya, sebagai tempat tinggal atau tata ruang kesultanan. Motif pangidelan abang, pangidelan putih dan pangidelan emas motif batik ini adalah tempat drainase irigasi air yang ada di tasikardi. 

Nah, sehingga batik jika di tinjau kembali ke dalam kajian komunikasi lintas budaya dengan kondisi kekinian adalah dititik beratkan pada proses komunikasi yang terjadi dalam berbagai macam budaya yang berbeda. Komunikasi lintas budaya merupakan “pintu gerbang”agar dapat memahami komunikasi antar budaya atau intercultural communication. Sehingga batik bisa di kenal oleh generasi milenial, generai Z, hingga generasi alfa, tidak hanya mengenal saja tapi bisa memahami dan mencintai, meski bukan sebagai pelaku sejarah tapi pengguna atau penjaga nilai sejarah.kenapa harus dijaga? Sebab pertama batik telah di akui unesco sebagai wasiat budaya tak benda (heritage culture) sebab lainnya meningkatkan ekonomi, sebagaimana kita tahu diantara nilai sejarah yang ada terkadang masih saja ada tangan-tangan jahil atau kotor yang berani merusak (vandalisme), seperti apa yang telah terjadi pada candi borobudur tahun 2018. 

ada yang berkata bahwa "siapa yang tidak mengenal sejarahnya dia tidak mengenal dirinya, siapa yang tidak mengenal dirinya dia tidak mengenal tuhannya",karena itu  batik mesti terjaga nilai-nilainya, sehingga unesco masih tetap mengakui batik sebagai heritage culture.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar