Aspirasi dari hati yang terkecil

Rabu, 05 September 2018

Menjaga Lisan



Assalamualaikum Wr. Wb.
MENJAGA LISAN
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi). 
Dalam Al-Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hamba-Nya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.[1] Penerapan komunikasi islam terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti QS An-Nahl: 125, QS Al-Baqarah: 83, QS Ali Imran: 154, QS An-Naba’: 2-3, QS Al-Furqan: 63, QS Fussilat: 33, QS An-Nisaa: 154, QS Al-‘Ankabuut: 460 dan masih banyak lagi lainnya. Ayat-ayat diatas memberikan penegasan tentang esensi (hakikat) komunikasi islam sampai kepada tahap pelaksanaannya.
Selain itu, kita mendapati Rasulullah SAW dalam berkomunikasi dengan keluarga, sahabat dan umatnya. Komunikasi beliau sudah terkumpul dalam ratusan ribu hadits yang menjadi penguat, penjelas Al Qur’an sebagai petunjuk bagi kehidupan umat manusia. Didalam hadits, ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Misalnya, pertama, qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit rasanya). Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa,diamlah). Ketiga, laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu). Keempat, Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”. Kelima, selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang menjungkirkan-balikkan fakta (fakta) dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”. Pesan Nabi saw tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami. [2]
Etika bertuturkata atau biasa disebut ada 6 jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yaitu:
1.    Qaulan Sadidan (perkataan benar, lurus, jujur)
Kata “qaulan sadidan” disebut dua kali dalam Al-Qur’an. Pertama, Allah menyuruh manusia menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan, terdapat dalam Firman Allah QS An-Nisa ayat 9 :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadidan)”.

Apa arti qaulan sadidan? Qaulan sadidan artinya pembicaraan yang benar, jujur, (Picthall menerjemahkannya “straight to the point”), lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit. Prinsip komunikasi yang pertama menurut Al-Quran adalah berkata yang benar. Ada beberapa makna dari pengertian yang benar :
-          Sesuai dengan kriteria kebenaran
Arti pertama benar adalah sesuai dengan kebenaran. Dalam segi substansi mencakup faktual, tidak direkayasa atau dimanipulasi. Sedangkan dari segi redaksi, harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Buat kita orang islam, ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai dengan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ilmu. Jadi, kalau kita sedang berdiskusi dalam perkuliahan maupun organisasi harus merujuk pada Al-Qur’an, petunjuk dan ilmu. Al-Qur’an mentindir keras orang-orang yang berdiskusi tanpa merujuk kepada ketiganya, ini ada dalam QS Luqman ayat 20.
-          Tidak bohong
Arti kedua dari qaulan sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong. Nabi Muhammad saw bersabda: “Jauhi dusta karena dusta membawa kamu pada dosa, dan dosa membawa kamu pada neraka. Lazimlah berkata jujur, karena jujur membawa kamu kepada kebajikan, membawa kamu pada surga.” Meskipun kepada anak-anak kita tidak dianjurkan berbohong kepada mereka, bahkan seharusnya kita mengajarkan kejujuran kepada mereka sejak dini.

2.    Qaulan Balighan (perkataan yang membekas pada jiwa, tepat sasaran, komunikatif, mudah mengerti)
Ungkapan ini terdapat dalam QS An-Nisa ayat 63 yang berbunyi:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
Kata “baligh” dalam bahasa arab artinya sampai, mengenai sasaran atau mencapai tujuan. Apabila dikaitkan dengan qaul (ucapan atau komunikasi), “baligh” berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat menggunakan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu prinsip qoulan balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.

3.    Qaulan Masyura (perkataan yang ringan)
Dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan, mempergunakan bahasa yang mudah, ringkas dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Dalam Al-Qur’an ditemukan istilah qaulan maisura yang merupakan salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang mudah dimengertidan melegakan perasaan.[3]
Dalam Firman Allah dijelaskan:
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلا مَيْسُورًا
Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”. (QS. Al-Israa’: 28)
Maisura seperti yang terlihat pada ayat diatas sebenarnya berakar pada kata yasara, yang secara etimologi berarti mudah atau pantas. Sedangkan qaulan maisura menurut Jalaluddin Rakhmat, sebenarnya lebih tepat diartikan “ucapan yang menyenangkan,” lawannya adalah ucapan yang menyulitkan. Bila qaulan ma’rufa berisi petunjuk via perkataan yang baik, qaulan maisura berisi hal-hal yang menggembirakan via perkataan yang mudah dan pantas.[4]
4.    Qaulan Layyina (perkataan yang lemah lembut)
Perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam AlQur’an:
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
Artinya: ”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Thaahaa:44).
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita.
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.

5.    Qaulan Karima (perkataan yang mulia)
Islam mengajarkan agar mempergunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi kepada siapapun. Perkataan yang mulia ini seperti terdapat dalam ayat AlQur’an (QS. Al Isra’ ayat 23) yaitu:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.
Dengan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa qaulan karimah adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.

6.    Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)
Qawlan ma’rufa dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas. Kata ma’rufa berbentuk isim maf’ul yang berasal dari madhinya, ’arafa. Salah satu pengertian mar’ufa secara etimologis adalah al-khair atau al-ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jadi qawlan ma’rufa mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas.[5]
Kata Qaulan Ma`rufa disebutkan Allah dalam QS An-Nissa ayat 5 dan 8, QS Al-Baqarah ayat 235 dan 263, serta Al-Ahzab ayat 32. Berikut ini Sabda Allah QS Al-Ahzab ayat 32 ialah:
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
Artinya: Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.”

Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini sangat sempurna saking sempurnanya tidak satu biji zahro pun luput dari penglihatannya, contoh kecil apa yang ada di dalam tubuh kita meski tidak terlihat tapi bagian tersebut bisa merasakan apa itu manis, pahit asin atau hambar karena apa yang kita rasakan pertama pun itu sesuatu hal yang baik yang sudah ada jatah atau disiapkan sejak dari kandungan dan pada saat dilahirkan oleh Allah yaitu Air Susu, meski tertutup oleh mulut dan tak bertulang Lidah memiliki begitu banyak fungsinya seperti yang kita rasakan saat ini.
Lidah seseorang atau disebut juga lisan sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Namun ucapan-ucapan yang tidak sesuai dengan tutur kata atau etika komunikasi akan mendatangkan konsekuensi bagi yang mengucapkannya baik itu disadari atau tanpa ia sadari.

Hal ini telah kita lihat atau dengar yang kasus akibat penistaan agama plt gubernur basuki cahaya purnama atau ahok dia dengan tegas mengucapkan beberapa kalimat yang tidak pantas di beberapa media massa (televisi) meski itu ungkapan politis atau pun perkatan emosional.

Ada larangan-larangan yang perlu diketahui dan ini pun yang tidak diketahui oleh ahok :
-          Larangan Memaki Orang Islam Tanpa Haq (Kebenaran)
-          Larangan Menyelidiki Kesalahan Orang Serta Mendengarkan Pada Pembicaraan Yang Orang Ini Benci Kalau la Mendengarnya
-          Larangan menyakiti

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min, lelaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu yang mereka lakukan, maka orang-orang yang menyakiti itu menanggung kebohongan dan dosa yang nyata." (al-Ahzab: 58)

Karena dengan kasus penistaan agama ini semakin membuka lebar peluang kejahatan yang ada di antara sesama kita maupun sesama orang islam (muslim). Kejahatan apakah itu dunia maya (cyberbullying).
Kejahatan dunia maya atau Cyberbullying memang sudah ada sejak lama kejahatan dunia maya sebetulnya segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyber bullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau telepon seluler.
Cyber bullying dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan dikategorikan sebagai cyber crime atau cyber stalking (sering juga disebut cyber harassment).

hal apa yang perlu di lakukan seseorang atau seorang muslim adalah ketika mengalami kesulitan, kebuntuan dan ketika hawa nafsu berada

Anas r.a.: Sekarang banyak diantaramu lakukan perbuatan dan dianggap biasa-biasa, tetapi pada masa Rosul perbuatan itu adalah nerusak agama (BUKHORI)

Sebagai penutup sekaligus doa yang saya kutip dari surat al mai’dah ayat 114 “......ya tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami dan menjadi tanda kekusaan engkau; berilah kami rezeki, dan engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”


Sumber :
https://www.academia.edu/11167050/ETIKA_KOMUNIKASI_DALAM_PERSPEKTIF_ISLAM
Kajian subuh di mesjid al muhajirin mengenai bab larangan kitab Riyadus-Shalihin
https://almanhaj.or.id/3197-menjaga-lisan-agar-selalu-berbicara-baik.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Cyberbullying
http://dakwahislam.net/menjaga-lisan/


[3] Djamarah, Syaiful Bahri., Pola Komunikasi Keluarga Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 110
[4] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 91
[5] Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 85

Minggu, 10 Januari 2016

Kapan Sertifikasi Untuk Tenaga Kependidikan? dan akan adakah Ujian Kompetensi Tenaga Kependidikan?

Program sertifikasi bagi tenaga pendidik yang selama ini digulirkan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan patut kita apresiasi. Meskipun demikian baik atau tidaknya layanan pendidikan yang diberikan oleh sebuah lembaga pendidikan tak terlepas dari kualitas para tenaga kependidikan yang bekerja pada lembaga tersebut.
            Tenaga kependidikan yang antara lain terdiri dari staff Tata Usaha dan bendahara sekolah berperan penting dalam menjalankan kegiatan operasional sekolah. Tata Usaha yang sejatinya merupakan pusat data sekolah harus mampu memberikan laporan administrasi sekolah secara cepat dan tepat. Pengolahan basis data (Database) siswa dan guru yang jumlahnya sangat banyak sudah barang tentu memerlukan keahlian khusus. Tugas-tugas seperti inventarisasi data guru, data siswa dan juga rekap nilai siswa yang setiap tahun jumlahnya bertambah sudah tidak mungkin lagi dilakukan secara manual.
            Begitu pula dalam mengelola transaksi keuangan yang dilakukan oleh bendahara sekolah sudah bukan zamannya lagi bergantung pada program seperti Microsoft Office Excel. Diperlukan keahlian khusus untuk membangun sebuah Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis sekolah dalam menangani berbagai tugas-tugas sekolah khususnya yang berhubungan dengan basis data. Dengan memiliki SDM yang mampu membangun SIM tersebut maka kebutuhan akan informasi sekolah secara cepat dan tepat pun dapat terpenuhi yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas layanan pendidikan.
          Meski begitu tata Usaha (Administrasi Pendidikan) adalah merupakan bagian dari manajemen bukanlah anak tiri dari dunia Pendidikan. Jika Tata Usaha terus menerus dipandang sebelah mata, atau dianak tirikan dan apalagi dianggap bukan bagian dari dunia pendidikan, maka ini pun sebagai penegasian kepada khasanah keilmuan (linier maupun non linier). kenapa begitu? berapa banyak universitas yang menyajikan kajian ilmu mengenai administrasi pendidikan atau pun manajemen pendidikan atau tata usaha, apakah diperlukan rambu-rambunya?aku pikir tidak perlu.
            Berdasarkan gambaran diatas, tak ada lagi alasan bagi pemerintah untuk tidak memberlakukan program sertifikasi bagi para tenaga kependidikan. Program sertifikasi tersebut diperlukan dalam rangka meningkatkan kemampuan para tenaga kependidikan khususnya dalam bidang tata kelola administrasi dan keterampilan mengolah data menggunakan perangkat lunak khusus untuk keperluan sekolah.
            Adapun untuk meningkatkan keterampilan para tenaga kependidikan tersebut, pemerintah dalam hal ini Kemendikbud hendaknya berupaya menyelenggarakan berbagai pelatihan secara berkala yang diperuntukan khusus untuk tenaga kependidikan. Pelatihan tersebut diperlukan untuk membantu sekolah dalam melakukan efisiensi anggaran dalam hal pengadaan perangkat lunak pengolah data yang biasanya disediakan oleh para konsultan yang berasal dari luar sekolah. dan hasil berbagai pelatihan pun bisa di kopetensikan sesuai dengan indikator yang ingin dicapainya, sebagaimana tenaga pendidik dengan Ujian Kopetensi Guru(UKG).
            Pemerintah memang menyediakan perangkat lunak khusus untuk keperluan sekolah dan dibagikan secara cuma-cuma. Namun karena kebutuhan tiap sekolah tidak sama, tak jarang perangkat lunak tersebut hanya sekali digunakan dan setelah itu ditinggalkan karena staff tata usaha sebagai operator tidak memiliki keahlian untuk mengembangkan atau menyesuaikan perangkat lunak tersebut sesuai dengan kebutuhan sekolah.
            Oleh karena itu, kemampuan untuk membangun sebuah Sistem Informasi Manajemen berbasis sekolah adalah mutlak adanya dan program sertifikasi untuk tenaga kependidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan tersebut. meski nantiny tidak lepas dari uji kopetensi untuk tenaga kependidikan. Dengan begitu tenaga kependidikan pun memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya dan juga dapat memperoleh penghasilan tambahan sebagaimana yang diperoleh oleh para tenaga pendidik.

sumber:
http://guraru.org/guru-berbagi/kapan-sertifikasi-untuk-tenaga-kependidikan/ 
buku Administrasi pendidikan

Minggu, 03 Januari 2016

IT’S TIME TO THINKIT’S TIME TO THINK



Oleh : Wendi Maulana Akhirudin
Tulisan ini mungkin akan berbeda dengan apa yang akan dibahas dalam sebuah isi cerita ini, tapi makna yang ada dalam cerita ini, mungkin sama dengan apa yang akan diceritakan, hanya saja tinggal siapa yang menjadi pembaca hari ini, ataupun penulis sekaligus yang dapat menentukan apa makna dari cerita ini.
karena dunia ini tak ubahnya sebuah teks terbuka, dan manusia hidup didalamnya sambil menafsirkan segala sesuatu, jadi tak ada yang tanpa tafsiran. Menurut kitab suci di dunia ini penuh dengan tanda-tanda yang dapat ditafsirkan. dalam hal ini cerita ini mengisyaratkan tentang seorang pemuda, bukan menjelaskan tentang arti dari It’s Time To Think, dalam hal ini dalam pemaknaan kata pasti berbeda tiap orang. seperti yang penulis lakukan atau tiap pembaca lakukan, atau mungkin ada yang terpikir dari kata tersebut, apa yang menjadi berbeda itulah yang harus kita sama-sama cermati.
                                                                                                                                     
                                                                                                                                                 Semistory
Ketika itu seorang pemuda yang telah lama berada di dataran dalam suatu dasawarsa perenungan seperti yang di rasakannya, yang membuat dirinya merasakan sesuatu yang membuat dia bermuka pucat pasi, ketika ia mengingat kekasihnya yang pergi, pemuda tersebut melontarkan ucapan yang belum pernah ia lontarkan :

Lihatlah aku …
aku sosok sepi sepi sehelai tirai
kecintaan yang menusuk dari punggungku
kekecewaan tak ubahnya roh yang melilitku
andai dia melihat!
rasa dinginkan kuhangatkan dalam peluk tulusku
mekarnya cinta kusinari dalam hati sanubari
ketulusan tak selamanya indah
camar melompat tanggalkan bulu rapuh
dan ketika cinta terpenggal
sisihkan perih dan penyesalan ….!![1]

Lalu pemuda tersebut terhenti dan melihat keseberang dataran, seakan-akan menghentikan perenungan tapi tetap saja tidak dapat menghentikan pemuda tersebut, dan mereka menggoda dengan kekuatan magis yang mereka punya untuk memperbudak pemuda tersebut, pemuda tersebut membalas godaan mereka, seakan-akan pemuda itu telah tergoda walaupun memang hampir tergoda, dan pemuda itu menjawabnya dengan melantunkan  sebuah ucapan:

sebuah perenungan diseberang dataran cendawan
sebuah penghampaan diri sejati yang meninggalkan nuansa jingga
dan mata batinku bentangkan kemurnian
panorama nun jauh dibalik jurang
kecantikan, keindahan serupa surga
dentingan harpa lembut datang membentangkan pujian
bagi puncak segala pesona disitu[2]

sehingga suatu saat banyak sekali yang ia pikirkan dalam perenungannya sampai-sampai ia terlampau jauh memikirkan hal-hal yang tidak biasanya seorang pemuda seumurannya yang biasanya bermain dengan diperbudak oleh sebuah Matrik[3], dengan memikirkan hal-hal yang sangat jauh dari seusiannya. dalam hal ini pemuda tersebut melantunkan ucapannya kembali apa yang telah dipikirkannya.


[1] AKU I di buat Lpkia tahun 1999
[2] dibuat Lpkia tahun 1999
[3] Matrik disini adalah sebuah tanad-tanda semiotik yang ada di dunia dan ada dimana-mana.untuk lebih jelasnya baca buku posrealitas : Realitas kebudayaan dan pos metafisik.; Yasraf Amir Piliang yang akan segera terbit. dan baca Novel Semiotic Filsatat, Teologis, parody didalam The Name Of The Rose: Umberco Eco

Jumat, 11 Desember 2015

KOMUNIKASI TUBUH dalam wacana Psikologi Komunikasi




Jalan pertama di antara semua jalan komunikasi nonverbal adalah tubuh. Kita mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita seringkali dan secara akurat melalui gerakan wajah, dan gerakan mata. Dalam hal ini kita mengamati komunikasi tubuh dan menelaah berbagai cara di mana tubuh wajah, dan mata mengkomunikasikan makna-makna.

GERAKAN TUBUH
Untuk membahas gerakan tubuh, klsifikasi yang ditawarkan oleh paul Ekman dan Wallaces V. Friesen (1969) sangat berguna. Kedua periset ini membedakan lima kelas (kelompok) gerakan nonverbal berdasarkan asal-usul, fungsi, dank ode perilaku ini (table 1.1)

EMBLIM
Emblim adalah perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ugkapan. Emblim meliputi, misalnya, isyarat untuk “oke,” “jangan rebut,” “kemarilah,” dan “saya ingin menumpang.” Emblim adalah pengganti nonverbal untuk kata-kata atau ungkapan tertentu. Kita barangkali mempelajarinya dengan cara yang pada dasarnya sama dengan kita mempelajai kata-kata tanpa sadar, dan sebagian besar melalui proses peniruan.
Walaupun emblim bersifat ilmiah dan bermakna, mereka mempunyai kebebasan makna seperti sebarang kata apa pun dalam sebarang bahasa. Oleh karenanya, emblim dalam kultur kita sekarang belum tentu sama dengan emblim dalam kultur 300 tahun yang lalu atau dengan emblim dalam kultur lain.

Table 1.1 Lima gerakan Tubuh














Ilustrator
Illustrator adalah perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal. Dalam mengatakan “ ayo, bangun,” misalnya, anda mungkin menggerakkan kepala dan tangan anda kearah menaik. Dalam menggambarkan lingkaran atau bujur sangkar anda mungkin sekali membuat gerakan berputar atau kotak dengan tangan anda. Begitu biasanya kita melakukan gerakan demikian sehingga bagi kita untuk menukar-nukarnya atau menggunakan gerakan yang tidak tepat.
Kita hanya menyadari sebagian illustrator yang kita gunakan. Kadang-kadang illustrator ini perlu kita perhatikan. Illustrator bersifat lebih alamiah, kurang bebas, dan lebih universal ketimbang emblim. Mungkin sekali illustrator ini mengandung komponen-komponen yang sudah dibawa sejak lahir selain juga yang dipelajari.

Affect Display
Affect Display adalah gerakan-gerakan yang mengandung makna emosional, gerkan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan. Ekspresi wajah demikian “membuka rahasia kita” bila kita berusaha menampilkan citra yang tidak benar dan membuat orang berkata, “Anda kelihatan kesal hari ini, mengapa?”  Tetapi, kita dapat secara sadar mengendalikan affect display, seperti actor yang memainkan peran tertentu. Affect display kurang bergantung pada pesan verbal ketimbang pada illustrator. Selanjutnya, kta tidak secara sadar mengendalikan affect display seperti yang kita lakukan pada emblim atau illustrator. Affect display dapat tidak disengaja – seperti ketika gerakan-gerakan ini membuka rahasia kita – tetapi mungkin juga disengaja. Kita mungkin ingin memperlihatkan rasa marah, cinta, benci, atau terkujut dan biasanya kita mampu melakukannnya dengan baik.

Regulator
Regulator adalah perilaku nonverbal yang “mengatur,” memantau, memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Ketika anda mendengarkan orang lain, anda tidak pasif. Anda menganggukkan “mm-mm” atau “tsk”. Regulator jelas terikat pada kultur dan tidak universal.
Regulator mengisyaratkan kepada pembicara apa yang kita harapkan mereka lakukan misalnya, “Teruskanlah,” “ Lalu apalagi?,” “Saya tidak percaya,” atau “Tolong agak lambat sedikit.” Bergantung kepada kepekaan mereka, mereka mengubah perilaku sesuai dengan pengarahan dari regulator.

Adaptor
Adaptor adalah perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi atau dimuka umum tetapi tidak terlihat berfungsi memenuhi kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai. Misalnya, bila anda sedang sendiri mungkin anda menggaruk-garuk kepala anda sampai rasa gatal hilang. Di muka umum mungkin, bila orang-orang melihat, anda melakukan perilaku adaptor ini hanya sebagian. Anda mungkin, misalnya, hanya menaruh kepala anda di kepala dan menggarukkannya sedikit, tetapi barangkali tidak akan menggaruk cukup keras untuk menghilangkan gatal.

GERAKAN WAJAH
Gerakan wajah mengkomunikasikan macam-macam emosi selain juga kualitas atau dimensi emosi. Kebanyakan periset sependapat dengan paul ekman, Wallace V. Friessen, dan Phoebe Ellesworth (1972) dalam menyatakan bahwa pesan wajah dapat mengkomuikasikan sedikitnya “kelompok emosi” berikut: kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan/penghinaan. Periset nonverbal Dele Leathers (1986) mengemukakan bahwa gerakan wajah mungkin juga mengkomunikasikan kebingungan dan ketepatan hati.

Affect Display
Keenam emosi yang diidentifikasi oleh Ekman dan rekan-rekannya secara umum dinamakan affect display primer. Ini merupakan emosi tunggal yang relatif murni. Keadaan emosi yang lain dan tampilan wajah yanglainmerupakan kombinasi dari berbagai emosi primer ini, dan dinamakan bauran affect. Sekitar 33 bauran affect (affect blend) telah diidentifikasi. Kita dapat mengkomunikasikan berbagai affect ini dengan berbagai bagian dari wajah. Jadi, misalnya, anda mungkin mengalami rasa takut dan rasa muak sekaligus. Mata dan kelopak mata anda mungkin mengisyaratkan ketakutan, sedangkan gerakan hidung, pipi, dan daerah mulut anda mungkin mengisyaratkan rasa muak.

Ketepatan Enkoding-Dekoding
Banyak riset telah dilakukan menyangkut seberapa tepat kita dapat melakukan encoding dan dkoding emosi wajah. Satu maslah dalam menjawab pertanyaan ini adalah bahwa memisahkan kemampuan encoder dari kemampuan decoder adalah sulit. Jadi, seseorang mungkin saja sangat mahir dalam mengkomunikasikan emosi, tetapi penerimaannya mungkin ternyata tidak peka. Sebaliknya, penerima mungkin saja pandai dalam mengartikan emosi, tetapi pengirimnya mungkin tidak mampu.
Keteapatan juga bervariasi menurut emosi itu sendir. Beberapa emosi lebih mudah dienkoding dan, didekoding ketimbang yanglain. Ekman, Friesen, dan Carlsmith (Ekman, Friesen, & Ellsworth, 1972), misalnya, melaporkan bahwa orang menduga kebahagian dengan ketepatan 55 sampai 100 %, ketekejutan antara 38 sampai 86 %, dan kesedihan 19 sampai 88 %. Cobalah mengkomunikasikan rasa terkejut dengan hanya menggunakan gerakan wajah. Lakukanlah ini di depan cermin dan cobalah keterkejutan seperti kebanyakan orang, barangkali anda mengangkat dan mengerutkan alis, mengerutkan dahi, membuka mata lebar-lebar, mulut menganga, dan bibir terbuka.
Paul Ekman, (Ekman, Friesen, & Tomkins, 1971) telah mengembangkan apa yang dinamakannya FAST (Facial Affect Scoring Technique. Dalam teknik ini, wajah dibagi menjadi tiga bagian utama: alis mata dan dahi, mata dan kelopak mata, dan bagian bawah wajah dari batang hidung kebawah. Judges kemudian mencoba mengidentifikasi berbagai emosi dengan mengamati bagian-bagian wajah yang berbeda dan menulis uraian seperti yang dilakukan untuk rasa terkejut di atas. Bagian-bagian ertentu dari wajah tampaknya paling cocok untuk mengkomunikasikan jenis emosi tertentu. Sebagai contoh, mata dan kelopak mata paling baik untuk mengkomunikasikan rasa takut, sedangkan hidung, pipi, dan daerah mulut paling baik untuk mengkomunikasikan rasa sebal.

Ekspresi Mikromomentari
Pertanyaan yang paling sering diajukan adalah mengenai apakah kita dapat benar-benar menyembunyikan emosi atau emosi ini bgaimanapun akan terungkap tanpa kita sadari. Apakah kesombongan kita terpancar melalui wajah tanpa kita menyadarinya atau bahkan tanpa orang lain menyadarinya? Walaupun belum ada jawaban yang sempurna atas pertanyaan ini, beberapa indikasi bahwa kita memang mengungkapkan emosi ini tanpa sadar dating dari riset tentang ekspresi mikromomentari (micromomentary expressions). Haggard dan Isaacs (1966), dalam menelaah film tayang lambat tentang pasien terapi, melihat ekspresi pasien tersebut berubah dratis. Misalnya, cemberut akan berubah menjadi seyum dan kemudian dengan cepat kembali cemberut lagi. Jika film ini diputar dengan kecepatan normal, seyuman tersebut tidak akan terlihat. Gerakan ekstrim singkat ini berlangsung hanya kurang dari 0,4 detik. Beberapa ahli teori berpendapat bahwa ekspresi ini menunjukkan keadaan emosi pasien yang sebenarnya.

GERAKAN MATA
Pesan-pesan yang dikomunikasikan oleh mata bervariasi bergantung pada durasi, arah, dan kualitas dari perilaku mata. Sebagai contoh, dalam setiap kultur ada aturan ketat, meskipun tidak dinyatakan mengenai berapa lama durasi kontak mata yang patut. Dalam kultur Amerika, lama pandangan rata-rata 2,95 detik. Durasi saling pandang (dua orang saling memandang) adalah 1,18 detik (Argyle, 1988; Argyle & Ingham, 1972). Bila kontak mata terjadi lebih singkat, kita dapat mengira orang ini tidak berminat, malu, atau sibuk. Bila waktu yang patut dilampaui, kita umumnya menganggap hal ini menunjukkan minat yang berlebihan.
Arah pandangan mata juga mengkomunikasikan sesuatu. Dalam kultur Amerika, pandangan kita secara berganti-ganti diarahkan ke wajah lawan bicara, kemudian menjauh, kemudian kembali ke wajahnya, dan seterusnya. Bila aturan arah dilanggar, makna yang berbeda akan terkomunikasikan minat yang terlalu besar atau terlalu rendah, sadar-diri, kegugupan selama interaksi, dan sebagainya. Berapa lebar atau sempit bukaan mata kita selama interaksi juga mengkomunikasikan makna, khususnya tingkat minat dan emosi-emosi seperti keterkejutan, ketakutan, dan kesebalan.

Fungsi Komunikasi Mata
Di antara periset-periset lain, Mark knapp (1978) mengemukakan empat fungsi utama komunikasi mata.
Mencari Umpan Balik. Kita seringkali menggunakan mata kita untuk mencari umpan balik dari orang lain. Dalam berbicara dengan seseorang, kita memandangnya dengan sungguh-sungguh, seakan-akan mengatakan,”Nah, bagaimana pendapat anda?” Seperti mungkin anda duga, pendengar memandang pembicara lebih banyak ketimbang pembicar memanandang pendengar. Riset mengungkapkan bahwa persentase waktu interaksi yang digunakan untuk memandang sambil mendengarkan adalah antara 62 dan 75 persen. Sedangkan persentase waktu yang digunakan untuk memandang sambil berbicara adalah antara 38 dan 41 persen (argylr,1988; Knapp, 1978).
Kaum wanita lebih banyak melakukan kontak mata dan melakukannya lebih lama, baik dalam berbicara maupun dalam mendengarkan, ketimbang kaum pria. Ini terjadi baik bila wanita itu berinteraksi dengan wanita lain maupun dengan pria. Perbedaan perilaku mata ini mungkin disebabka oleh kecendrungan wanita lain maupun dengan pria. Perbedaan perilaku mata ini mungkin disebabkan oleh kecendrungan wanita untk menampakkan emosi mereka lebih daripada kaum pria; kontak mata adalah salah satu cara paling efektif untuk mengkomunikasikan emosi.penjelasan lain yang mungkin, kata Evan Marshall (1983), adalah bahwa wanita lebih terbiasa mencari umpan balik positif dari orang lain ketimbang pria, dan karenanya mungkin menggunakan kontak mata dalam usaha memperoleh umpan balik visual.
Menginformasikan Pihak Lain untuk Berbicara. Fungsi adalah menginformasikan pihak lain bahwa saluran komunikasi telah terbuka dan bahwa ia sekarang dapat berbicara. Kita melihat ini dengan jelas di ruang kuliah, ketika dosen mengajukan pertanyaan dan kemudian menatap salah seorang mahasiswa. Tanpa mengatakan apa-apa, dosen ini jelas mengharapkan mahasiswa tersebut untuk menjawab pertanyaannya.
Mengisyaratkan Sifat Hubungan. Fungsi ketiga adalah mengisyaratkan sifat hubungan antara dua orang misalnya, hubungan positif yang ditandai dengan pandangan terfokus yang penuh perhatian, atau hubungan negative yang ditandai dengan penghindaran kontak mata. Kita juga dapat mengisyaratkan tata hubungan status dengan mata kita. Ini khususnya menarik karena gerakan mata yang sama mungkin mengisyaratkan subodinasi atau superioritas. Seseorang atasan, misalnya, mungkin menatap bawahannya atau tidak mau melhatnya langsung. Demikian pula, bawahan mungkin menatap langsung atasannya atau barangkali hanya menatap lantai.
Kita mengisyaratkan kekuatan atau kekuasaan melalui perilaku dominansi visual(Exline, Ellyson, & Long, 1975), pembicara yan berkemampuan rat-rata menjaga tingkat kontak mata yang tinggi ketika mendengarkan dan tingkat kontak mata yang rendah ketika berbicara. Bila seseorang yang ebrkuasa ingin mengisyaratkan dominasi, mereka mungkin membalik pola ini. Mereka mungkin, misalnya, menjaga kontak mata yang tinggi ketika berbicara dan kontak mata yang rendah ketika mendengarkan. Gerakan mata juga dapat mengisyaratkan apakah hubungan gerakan mata yang mengungkapakan sifat hubungan yang berbeda-beda ini begitu miripnya, kita seringkali memanfaatkan informasi dari bagian tubuh lainnya, terutama wajah, untuk mendekode pesan sebelum membuat kesimpulan akhir.
Mengkompensasi Bertambahnya Jarak Fisik. Akhirnya, gerakan mata dapat mengkompensasi bertambah jauhnya jarak fisik. Dengan melakukan kontak mata, kita secara psikologis mengatasi jarak fisik yang memisahkan kita. Bila kita menangkap pandangan mata seseorang dalam sebuah pesta, misalnya, secara psikologis kita menjadi dekat meskipun secara fisik jarak di antara kita jauh. Tidaklah mengherankan, kontak mata dan ekspresi lain yang menunjukkan kedekatan psikologis, seperti pengungkapan-diri berhubungan secara positif; jika yang satu meningkat, begitu juga yang lain.

Fungsi Penghindaran Kontak Mata
Ahli sosiologi, Erving Goffman, dalam Interaction ritual (1967), mengatakan bahwa mata adalah “penggangu yang hebat.” Bila kita menghindari kontak mata atau mengalihkan pandangan kita, kita membantu orang lain menjaga privasi (Privacy) mereka. Kita sering melakukan hal ini bila ada pasangan yang bertengkar di muka umum. Kita mengalihkan pandangan dari mereka (meskipun mungkin mata kita terbuka lebar) seakan-akan mengatakan, “ kami tidak ingin mencampuri; kami menghormati hak anda.” Goffman menamai perilaku ini inatensi masyarakat civil innatention).
Penghindaran kontak mata dapat mengisyaratkan ketiadaan minat terhadap seseorang, pembicaraan, atau rangsangan visual tertentu. Adakalanya, seperti burung unta, kita menyembunyikan mata kita untuk menghindari rangsangan yang tidak menyenangkan. Perhatikanlah, misalnya, betapa cepa t orang menutup mata mereka bila menghadapi hal yang sangat tidak menyenangkan. Cukup menarik juga, meskipun hal yang tidak menyenangkan itu berbentuk suara (auditory), kita cenderung menghindarinya dengan menutup mata. Kadang-kadang kita menutup mata untuk menghindari rangsangan visual dan dengan demikian memperkuat alat indera kita yang lain. Misalnya, kita sering mendengarkan musik dengan mata terpejam.

Pembesaran Pupil Mata
Selain terhadap gerakan mata, banyak pula riset yang telah dilakukan menyangkut pembesaran pupil mata (pupil dilation), atau pupilometri, sebagian besar sebagai akibat dorongan dari ahli psikologi Ekhard Hess (1975). Pada abad kelimabelas dan keenambelas di Italia, kaum wanita biasa menetaskan belladonna (secara harfiah berarti “wanita cantik”) ke mata mereka untuk membesarkan pupil mata sehingga mereka kelihatan lebih menarik. Riset modern mendukung jalan pemikiran wanita-wanita ini; pupil mata yang membesar memang dianggap lebih menarik.
Pupil mata juga menunjukkan minat dan tingkat kebangkitan emosi kita. Pupil mata kita membesar bila kita tertarik pada sesuatu tau bila secara emosiaonal kita terangsang. Barangkali kita menganggap pupil mata yang membesar sebagai menarik karena kita menggap pupil mata yang membesar dari seseorang menunjukkan bahwa yang bersangkutan tertarik pada kita. Secara lebih umum, Ekhard Hess berpendapat dengan dukungan eksperimen dan intuisi bahwa pupil membesar sebagai reaksi terhadap sikap atau oyek yang dinilai positif, dan mengecil sebagai reaksi terhadap sikap atau obyek yang dinilai negative.