Aspirasi dari hati yang terkecil

Kamis, 04 Februari 2021

Rumah Tanpa Atap III

 Dingin malam dan bulan tepat tengah berada diatas kepala,

dengan dibarengi rintikan hujan dan hembusan angin, 

bumi terhampar aku menjalani meski tertatih

berjalan gegap pada 11 langkah terhenti,

diiringi dilangkah akhir sebuah request penjaga diri, alam sekitar dan pembawa gegap gempita cahaya yang menyertai seluruh alam.


Pasawahan, 25122020


Diambang Krisis Identitas atau kurang percaya diri

 oleh : wendi maulana akhirudin


Sebagaimana kita tahu bahwa jati diri setiap manusia atau orang adalah hal yang sangat penting, sebagai platform wujud diri subjek manusia. Sebagaimana, Siapa diri kita? Dari mana kita? dan Mau Kemana? 

Kata identitas yang diambil dari Bahasa Inggris Identity memiliki arti ciri-ciri atau tanda yang khas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas merupakan ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau jati diri. Bisa dikatakan, manusia yang memiliki identitas adalah mereka yang mampu menyadari tanda khusus atau ciri-ciri yang melekat pada dirinya. Saya pernah membaca satu kalimat perihal identitas seseorang, "siapa yang mengenal dirinya, dia telah mengenal tuhannya". Karena itu saya meyakini identitas itu sangatlah penting bagi setiap manusia, dengan identitas itu seseorang akan dekat dengan tuhannya seperti diantara dua jari, Jari telunjuk dan jari tengah. 


Saya sebagai bagian umat islam meyakini bahwa islam adalah agama yang haq dan sempurna, dan saya pun memiliki darah sunda. Ini pun merupakan kebersyukuran terhadap diri karena saya sudah terlahir dari darah sunda yang sudah beragama islam, karena saya tidak dilahirkan dari suku bangsa lain ataupun agama lain yang akan menjadi jati diri saya. 


pastinya ketika kita berada diambang krisis identitas, misalnya diamerika mungkin akan dikenal "the people of Jhon doe or jhon hancock" orang-orang yang identitasnya belum jelas atau tidak jelas karena tidak memiliki identitas bisa karena hilang atau tidak terdaftar sebagai warga negara.


tapi yang saya akan bahas dalam tulisan saya adalah yang dianggap penting, identitas yang mencirikan dirinya baik itu identitas sebagai warga negara maupun identitas pribadinya. Karena ada beberapa orang dia sebagai warga negara tetapi entitas dirinya terabaikan. Entah karena kurang percaya diri atau mungkin masyarakatlah yang mengabaikannya. 


misalnya lagi hangat-hangatnya mengenai rumusan undang-undang HIP (haluan Ideologi Pancasila) yang akhirnya berganti wajah menjadi PIP. Dimana HIP ini dikatakan merupakan pengucilan terhadap pancasila, entahlah saya sendiri belum baca isi RUU HIP karena tidak pernah disebarkan isi rancangan UU tersebut, kalau pun disebarkan selalu saja UU selalu setelah disahkan. Nah RUU HIP ini yang sedang dalam pembahasan di DPR RI. Apa sih yang menjadi persoalan? Apakah peranan yang bersifatnya kenegaraan itu perlu dibahas di lembaga tinggi negara? Lalu dimanakah peranan Lembaga Tertinggi negara? Oklah DPR itu yang memutuskan tentang UU, tapi apakah sesuatu hal yang sifatnya ideologis itu dibahas di lembaga tinggi bukan di lembaga tertinggi semacam MPR gitu? 


ini bukan hanya sekedar siapa yang paling berkuasa, berduit ataupun siapa yang paling populer. Kalau berkuasa kita bukan sebagai negara adikuasa atau superpower, berduit kita masih punya hutang meski untuk membantu pun berhutang pula, populer mungkin karena popularitas itu subjektik bisa berkonotasi negatif maupun positif bergantung sikap kita pada kekhususan individu atau masyarakat umum. 


Yang pasti pengucilan ataupun genosid terhadap entitas yang lain ini merupakan kejahatan baik sifatnya individual maupun komunal. sebagaimana ketika RUU HIP ini dijadikan alat untuk menyakiti manusia lainnya itu suatu kejahatan. Kenapa sih tidak keumuman kenapa harus pada kekhususan pada ideologinya? Ini bukan berarti saya menegasikan kepada ideologi atau sesuatu hal diluar padanya. 


Bukankah sudah jelas bahwa sila itu panca, kalau pun toh mengamalkan kenapa tidak dengan adanya Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (disingkat P4) atau Eka Prasetya Pancakarsa adalah sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara semasa Orde Baru. Panduan P4 dibentuk dengan Ketetapan MPR no. II/MPR/1978. Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. 


Apa yang dibutuhkan oleh negara ini? Padahal ideologi pancasila dengan lambang garudanya adalah produk oleh pendahulu negara, sebagai ideologi bangsa. Orang mungkin ketika berbicara ideologi mengarah pada komunisme, sosialisme, kapitalisme dan isme-isme lainya. Bukankan pancasila sebuah isme yang dimiliki oleh negara. Dimana isinya sesuai jalan ajaran masing-masing komunitas  masyarakat. 


ketika saya sebagai masyarakat yang dibutuhkan adalah kehidupan layak, baik itu pekerjaan, berusaha, atau hak-hak lainnya sebagai warga negara. Yang tentunya tidak lupa pula, saya pun memiliki kewajiban sebagai warga negara. Sebagaimana ketika saya menjalankan perintah Alloh SWT dalam beragama islam. Karena ketika kita baik itu individu maupun komunal dalam beragama tidak sesuai ketentuan kitab alquran itu akan menjadi sekedar cerita fiksi ataupun cerita halu atau halusinasi. Atau di ibaratkan sedang menegakkan sholat tapi dalam keadaan mabuk. 



Kenapa sangat penting sesuatu hal tentang kedirian ini. 


Dalam ilmu psikologi komunikasi, Regulator mengisyaratkan kepada pembicara apa yang kita harapkan mereka lakukan misalnya, “Teruskanlah,” “ Lalu apalagi?,” “Saya tidak percaya,” atau “Tolong agak lambat sedikit.” Bergantung kepada kepekaan mereka, mereka mengubah perilaku sesuai dengan pengarahan dari regulator.


karena itu kalimat diatas bisa mengisyaratkan sesuatu pada individu, ada yang sesungguhnya lambat, ada yang lambat karena menutup diri karena hal-hal yang baru diluar dirinya misalnya pelajaran. Maksudnya, sebagai pribadi harus bisa sedikitnya menerima hal-hal yang baru dengan cara yang layak atau baik, sebagaimana kita menerima teknologi-teknologi baru secara berimbang mulai dari smartphone hingga televisi. 


Harapan saya ketika menulis ini ada hal-hal yang baik setidaknya untuk pribadi maupun masyarakat, baik itu sebagai individu maupun secara kelompok berbangsa dan bernegara. Tidak lagi kehilangan arah, hingga tidak percaya diri sehingga semua merasa asing diantara diantara kelompoknya sendiri atau kelompok yang baru. Tahun 2021 mudah-mudahan membawa perbaikan dan perubahan untuk umumnya, atau setidaknya untuk pribadi. Ada perbaikan ekonomi, status sosial yang tidak hanya sekedar pengakuan saja sebagai komunitas tapi sebagai pribadi bisa diterima. Sebagaimana saya pribadi menerima hal-hal baru di komunitas tersebut, tidak ada istilah kamu berbeda lalu menjauhinya. Lalu apa harapan saya di tahun 2021 setidaknya hampir sama perbaikan keuangan, memiliki istri yang sholehah dan memiliki anak keturunan. 


Mewujudkan Impian

 Saya yakin setiap orang ingin impian bahkan seorang "susan-ria enes" saja memiliki impian. Dari setiap orang mungkin ada yang impiannya itu sudah tercapai ada pula yang impian itu belum tercapai. 

Ada beberapa impian dari kita masih tersimpan dihati, karena sesuatu lain hal. Bisa karena takut untuk mewujudkannya atau karena gagal ditengah jalan dan berhenti untuk mencapai impian tersebut. 

untuk menggapai impian yang kita mau misalnya ingin memiliki kendaraan bermotor besar tapi tidak boros bensin, atau laptop bermerk dengan spek yang bagus atau tinggi pasti kita akan menabung dengan menyisihkan uang gaji atau dari hasil berwirausaha, sehingga kita pun lupa kebutuhan pokok dasar rela mengencangkan ikat pinggang, dan atau berhutang kepada pihak lain untuk menutupi kebutuhan dasar meski terkadang merugikan pihak tersebut.


Lalu impian apakah yang akan capai atau raih untuk diwujudkan? 

saya menulis pertanyaan bukan berarti bisa mewujudkan impian seseorang layaknya jin lampu ajaib, ini sebagai kontemplasi untuk saya juga. 


Saya pernah ikut beberapa materi class baik itu private atau seminar terbuka, mulai tips-tips Mewujudkan impian, menjadi pengusaha sukses tanpa riba dan hutang. Baik itu yang diadakan oleh asosiasi pengusaha, diadakan oleh instansi pemerintahan atau kajian-kajian islami seperti PPA, hijrajfest. 


selalu jawabannya adalah berhenti berhutang dan berhenti merugikan pihak lain,  saling bantu sesama dan kita pun akan dibantu, entah dari orang yang kita bantu atau bantuan itu dari arah kita tidak duga. karena Kalau kita merugikan pihak lain secara alami itu akan merugikan kita, bisa jadi kita disumpahin sama pihak yang dirugikan atau bahan pembicaraan atas keburukan kita, hingga orang lain tidak ingin berkontribusi kepada kita lagi. 


suatu kesuksesan itu suatu perjalanan hidup bukan akhir perjalanan bukan pula yang sifatnya materi. Ada seorang motivator di youtube channel pernah berkata "dont break a change" maksudnya apa dia mengutarakan bahwa coba kamu tulis segala keinginanmu atau impianmu, atau jumlah segala kebutuhanmu hingga akhir dari kebutuhan itu mencapai titik nol. Tak lagi berjumlah hitungan banyak malah ke nol. 

Disitu saya melihat bahwa pencapaian impian akan habis ketitik nol tak ada lagi kebutuhan, kehampaan atau berujung kepada mati, coba berapa banyak orang sukses kaya mati dengan tragis karena kekosongan dalam hidupnya. Berapa banyak orang memiliki banyak harta, anak selalu merasa waswas dalam hidupnya, bahkan hingga tidak bisa tidur dengan tenang. atau mungkin ketika sukses memiliki banyak harta tidak jarang pada saat usia tua atau pengsiun malah mengalami sakit-sakitan. 

Jadi maksudnya untuk meraih impian suatu kesuksesan dimulai dari sejak buaian hingga sesudah kematian, mungkin sebagian orang mempersiapkan segala sesuatunya hingga berujung kematian dan setelah kematian untuk mencapai ketenangan, meski tidak semua orang anak-anaknya itu datang kekuburan orang tuanya malah mengantarkan keburukan, adapun mendatangkan kebaikan "ayah, anakmu sudah meraih mimpinya, atau ayah cucumu sudah bisa menghafal alquran hingga 30 juz atau baru 15 juz, ayah cucumu sudah hafal alquran juz dan meraih impiannya jadi orang sukses misalnya jadi komisaris pegadaian melebihi impian kakeknya semoga kita bisa bersama disana disurga-Nya".

impian inilah yang menjadi motivasi saya sebagai manusia anak dan cucu melebih kesuksesan pendahulu saya, karena kesuksesan itu tidak hanya diminta, dalam doa tapi diwujudkan dalam setiap langkah hidup.


Kamis, 21 Mei 2020

PERNIKAHAN ITU BUKANLAH RENTENISASI


Oleh : Wendi Maulana Akhirudin

Tak akan pernah ada keluarga sebelum berumah tangga dan tak akan ada rumah tangga sebelum menikah. Maka, menikah menjadi niscaya agar keluarga meraih keberkahan dalam bingkai kesucian niat beribadah kepada Allah SWT semata.
Menikah, adalah kata yang mengakhiri masa lajang seseorang. Kata ini pula menjadi penanda akkhir dari semua hal yang sifatnya kesendirian. Ruang kesendirian itu telah terisi oleh sebuah nama, pasangan kita, suami atau istri kelak. Saat itulah sepasang insan mengikat janji atas Allah SWT untuk membina rumah tangga. Genaplah sudah separuh agamanya atau din!
Selanjutnya, hari-hari yang bergulir di depan adalah lembaran kosong yang mencatat kerja besar sepasang suami istri. Kerja besar yang dirancang dalam rangka menanam kebajikan amal sholeh. Tak penting kisah yang dicatat bertabur bunga atau malah peluh derita. Asalkan semuanya bermuara hikmah penambah keimanan, maka kebahagian seperti rumah tangga Rasulullah SAW pun dapat kita raih.

Pernikahan atau sebuah keluarga haruslah bercahaya. Dengan jalan terarah. Tidak meraba-raba. Penuh kemantapan menatap penghujung jalannya. Mampu membedakan antara ‘kayu’ dan ‘ular’. Cahaya itu bisa padam. Jangankan menghasilkan generasi istimewa,penegak khilafah atau pembuka roma. Berdiri kokoh saja, menembuskan pandangan melihat beberapa hasta kedepan saja, sangat sulit. Tidak ada kejrlasan semua serba kira-kira terasa sesak didada.

.............
.....................

Sebuah pernikahan itu tidaklah penting ketika salah satunya melakukan hitung-hitungan dalam arti si suami  yang telah memberikan kewajibannya (nafkah) kepada si istri tapi kemudian di ungkit-ungkit di ibaratkan sebagai hutang begitupun sebaliknya, artinya tidak saling merasa telah memberikan kontribusi lebih banyak di rumah tangga. ini sudah tidak sejalan atau sebuah paradoks (kontradiksi) dari apa yang diajarkan oleh Rosulullah SAW. Karena pernikahan itu sejatinya bukanlah sesaat hanya sebatas kertas putih yang dibubuhi tinta hitam atau istilahnya pernikahan sewaan.
Ketika terjadi kontadiktif ini terjadi semakin kencang ketidakpastian pernikahan atau berumah tangga yang terjadi adalah akan ada tindakan ‘makar’ ketidakada keutuhan dalam, maka dari itu beberapa pernikahan banyak terputus (bercerai) karena ketidakharmonisan dalam berumah tangga, ‘musuh’ inilah yang akan kegirangan karena ‘makar’ ini telah berhasil...pernahkah mendengar kisah Nabi Adam dan Hawa ketika itu hawa dihasut oleh iblis yang sengaja berbuat ‘makar’terhadap keduanya hingga begitu cepatnya turun kedunia dan Nabi Adam terpisah dengan Hawa.


Pernikahan sejatinya sepasang suami dan istri ingin kembali dipertemukan di akherat nantinya. Bayangkan, ayah dan bunda sedang bercengkerama dengan anak-anaknya. Kemudian kalimat seperti ini mengalir,
nak, kesenangan ini nanti akan kita lanjutkan disurga Allah”
“Nak, ingin gak sih bertemu ayah dan bunda lagi nanti di Surga”[1]
Dialog pembuka yang cukup dashyat, sehingga setiap anggota kelluarga paham untuk memelihara niat menjalankan semua aktifitasnya. Mereka menjadi gemar menjalankan ibadah dan berusaha menjalankannya dengan sebaik mungkin agar diterima Allah SWT.



[1] Dari buku budi Ahari, Lc; Parenting Nabawiyyah inspirasi dari rumah cahaya, hal-16

Jumat, 25 Januari 2019

RUMAH TANPA ATAP I

melewati terang gelap hidup bersamamue selamanya
Tak lupa ku doakanmu disetiap hamparan rumah tanpa atap

Sehingga dapat kuukirkan dirimu diangkat,
Meski aku tuk belajar banyak menjadikan kita tenang tentram bersama,
Dan Tuhan tahu kita layak menerimanya
Saling merindukan sebagai pasangan impian
Karena tak menjadi seseorang yang pergi begitu saja
Terpenjara dalam gelap,
Untuk itu ku doakanmu disetiap hamparan rumah tanpa atap
Sehingga dapat ku sampaikan di sepertiga malam,dengan dirimu bersama hingga SurgaNya
Agar Tuhan tahu kamu berarti untukku.

WMA, 31 Des 2018

Rabu, 05 September 2018

Furqon siapa dan mana?


Oleh : Wendi Maulana Akhirudin
Suatu ketika nashrudin di angkat menjadi hakim pendamping, pada suatu ketika ada seorang kakek melaporkan sebuah kasus kepada hakim ketua bahwa di rumahnya terjadi perampokan. Lalu si kakek pemilik rumah itu menceritakan kejadiannya. “Pada waktu itu saya sedang berkebun di rumah saya, lalu terdengar benda terjatuh didalam rumah. Nah ketika saya masuk kedalam rumah ada beberapa benda berserakan dan saya melihat beberapa orang berlari karena melihat saya masuk rumah. Dan saya mendengar salah satu perampok itu menyebut-nyebut nama furqon.”
“furqon....?” hakim mengucapkan. akan tetapi si hakim tampak kebingungan karena begitu banyak furqon di negeri ini karena namanya pun furqon al haddad. ”masa aku nanti dituduh merampok” gumam hakim itu dalam hatinya.
“Baiklah serahkan kasus ini ke hakim pendamping, yang akan memutuskan karena aku pun harus diperiksa karena aku sendiri bernama furqon, setelah itu tangkap semua furqon dinegeri ini dan sidang dilanjutkan esok hari setelah seluruh furqon tertangkap” ucap hakim ketua. Kemudian hakim ketua memasuki ruangannya kemudian menanggalkan baju hakimnya dan memasuki ruang penahanan.
Keesokan harinya kakek itu datang kembali ke ruang pengadilan setelah mendapatkabar bahwa seluruh furqon ditangkap. Maka bagian humas membawa kakek itu kepada Nahsrudin sesuai perintah hakim ketua tersebut.
Nashrudin, sang hakim pendamping, mendengarkan semua pengaduannya. Setelah itu ia berkata “Kumpulkan seluruh Furqon itu di ruangan ini dan bariskan” sesaat semuanya di kumpulkan Nashrudin kaget melihat hakim ketua turut berbaris. Lalu Nashrudin menghampiri hakim ketua tersebut dan berkata “ kenapa anda berada ditengah-tengah barisan ini wahai hakim ketua” lalu hakim ketua itu berkata “karena namaku sendiri furqon, jadi aku menyerahkan sendiri untuk di tangkap”
kemudian Nashrudin mengintograsi mereka satu persatu dan hasilnya nihil karena tidak ada satu pun yang mengakuinya telah merampok di rumah kakek tersebut termasuk haki mketua tadi. Nashrudin menghampiri si kakek dan berkata “hai kakek seperti apa rupanya karena tidak ada satupun yang mengakuinya” dan si kakek  menjawab “aku tidak tahu persis rupanya tapi yang jelas aku mendengar salah satu temannya memanggil nama furqon”
Nahsrudin berpikir sejenak karena kebingungan, setelah mendapatkan idenya dan ia berkata ”Baiklah tunggu sejenak saya akan membawa furqon mungkin saja dapat membantu dan mungkin juga termasuk pelakunya yang disebut si kakek, karena dia tinggal di rumah saya” lalu si Nashrudin keluar ruang sidang untuk kerumahnya.
Dan Nashrudin kembali sambil membawa semacam buku atau kitab. Lalu di tempatkan buku itu di kursi intograsi. Dan orang didalam itu bertanya kepada Nashrudin “wahai hakim mana si furqon itu?” lalu Nashrudin menjawab “inilah furqon yang aku maksud, karena si furqon ini telah hidup berabad-abad lalu dan Dia inilah yang membuatku tenang dan menjawab semua persoalan hidupku, Dia pun Imam dalam hidupku sebagai salah satu rukun yang harus aku yakini dalam agamaku  dan mungkin saja dia yang disebut oleh perampok itu” dan seluruh isi ruang sidang tampak kebingungan. Lalu Nasrudin berkata “kaukah yang mermpok rumah kakek itu?” semua semakin kebingungan lalu si kakek bertanya kepada si Nashrudin “Apakah kau mau mempermainkan saya dan ruang sidang ini wahai hakim karena kitab itu takkan menjawab dan dia bukanlah pelakunya” Nashrudin menjawab “lalu furqon siapa yang kamu maksud sedangkan kau tidak tahu wajahnya” orang-orang pun semakin keheranan dan berpikir bahwa si Nashrudin itu telah gila karena tidak bisa menangani kasus itu
lalu si kakek itu berpikir sejenak kembali dan berkata ”baiklah lupakan saja kasus ini, lagi pula ini juga salah saya karena tidak tahu persis furqon itu seperti apa hanya mendengar nama saja yang disebut” lalu Nashrudin berkata “baiklah jika memang itu menjadi keputusanmu wahai kakek, maka dengan ini kasus ini saya tutup” semua bergembira meski ada sedikit kesal kepada si kakek. Tapi di tengah kerumunan ada salah satu pemuda terdiam dan bercucuran keringat lalu berdiri sambil berkata dengan lantang “akulah si furqon yang dimaksud oleh si kakek!”
lalu di tangkaplah pemuda tersebut dan semua keluar ruang sidang yang tinggal didalam itu hanya pemuda tersebut si kakek, Nashrudin dan hakim ketua yang kembali memakai kembali baju hakimnya.
Dan Nashrudin bertanya kepada pemuda tersebut “ kenapa kamu merampok kakek tersebut?”
pemuda itu menjawab “karena aku tidak memiliki pekerjaan lain selain merampok, karena saya mendengar bahwa kakek itu orang yang kikir, dan iri hati maka tempat yang pas untuk di rampok”
Nashrudin sambil berpikir “oh begitukah...?? tapi karena kamu bersalah kamu harus saya tangkap berdasarkan hukum yang berlaku”
Tapi kakek itu berkata “saya maafkan pemuda itu karena pengakuannya, setelah mendengar ceritanya dan saya pun tidak meminta apapun dari pemuda itu”
Nashrudin berkata ”baiklah jika memang itu menjadi keputusanmu, berarti sidang ini di tutup dan sesudah itu saya akan bertanya kepadamu wahai hakim ketua kenapa kamu mau turut atau mengajukan diri untuk ditahan, dan kau wahai furqon kenapa kau mengakuinya bahwa kau permpoknya padahal bisa saja kau keluar sidang tadi setelah kasus itu akan ditutup, dan kakek kenapa kamu memaafkannya padahal bisa saja pemuda saya hukum qishash”
lalu hakim ketua menjawab pertanyaan itu “Wahai Nashrudin karena aku tak ingin tak ada lagi lelaki sejati yang yang bersedia di hakimi karena persoalan karena kesamaan namanya dengan yang lainnya, dan juga kalaupun saya bersalah tidak ada lagi yang berlindung dibalik kekuasaannya.maka dari itu saya mengajukan diri untuk diperiksa” dan pemuda itupun berkata “kenapa saya mengakui perbuatan saya, karena saya takut suatu hari tidak ada lagi yang berjiwa kesatria yang berani mempertanggungjawabkan perbuatannya di kalangan umat Muhammad SAW. Dan kakek itu berkata “wahai hakim karena saya tidak ada yang lebih utama dari memberi maaf di kala mampu. Ini saya lakukan agar orang tidak mengatakan bahwa tidak ada lagi orang berjiwa besar yang mau memaafkan saudaranya di kalangan umat Muhammad Saw bahkan saya akan memperkerjakan pemuda itu di kebun saya tapi harus saya luruskan bahwa saya tidak terlalu iri hati kepada orang lain bahkan saya selalu berderma pada waktunya dan di kala saya mampu”
lalu semua bertanya kepada Nashrudin “ kenapa kamu membawa Kitab-Kitab itu kemari”
dan Nashrudin menjawab “saya tidak ingin bahwa tak ada lagi di kalangan umat Muhammad Saw ketika memecahkan masalah dan tak memiliki titik temu tidak kembali kepada Al Quran dan Assunah(Hadist) makanya saya serahkan kembali kepada Al Quran dan Hadist”

Menjaga Lisan



Assalamualaikum Wr. Wb.
MENJAGA LISAN
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-Quran dan hadis (sunah Nabi). 
Dalam Al-Qur’an dengan sangat mudah kita menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hamba-Nya melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah (perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.[1] Penerapan komunikasi islam terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti QS An-Nahl: 125, QS Al-Baqarah: 83, QS Ali Imran: 154, QS An-Naba’: 2-3, QS Al-Furqan: 63, QS Fussilat: 33, QS An-Nisaa: 154, QS Al-‘Ankabuut: 460 dan masih banyak lagi lainnya. Ayat-ayat diatas memberikan penegasan tentang esensi (hakikat) komunikasi islam sampai kepada tahap pelaksanaannya.
Selain itu, kita mendapati Rasulullah SAW dalam berkomunikasi dengan keluarga, sahabat dan umatnya. Komunikasi beliau sudah terkumpul dalam ratusan ribu hadits yang menjadi penguat, penjelas Al Qur’an sebagai petunjuk bagi kehidupan umat manusia. Didalam hadits, ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Misalnya, pertama, qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit rasanya). Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa,diamlah). Ketiga, laa takul qabla tafakur (janganlah berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu). Keempat, Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”. Kelima, selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang menjungkirkan-balikkan fakta (fakta) dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”. Pesan Nabi saw tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami. [2]
Etika bertuturkata atau biasa disebut ada 6 jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yaitu:
1.    Qaulan Sadidan (perkataan benar, lurus, jujur)
Kata “qaulan sadidan” disebut dua kali dalam Al-Qur’an. Pertama, Allah menyuruh manusia menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan, terdapat dalam Firman Allah QS An-Nisa ayat 9 :
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadidan)”.

Apa arti qaulan sadidan? Qaulan sadidan artinya pembicaraan yang benar, jujur, (Picthall menerjemahkannya “straight to the point”), lurus, tidak bohong, tidak berbelit-belit. Prinsip komunikasi yang pertama menurut Al-Quran adalah berkata yang benar. Ada beberapa makna dari pengertian yang benar :
-          Sesuai dengan kriteria kebenaran
Arti pertama benar adalah sesuai dengan kebenaran. Dalam segi substansi mencakup faktual, tidak direkayasa atau dimanipulasi. Sedangkan dari segi redaksi, harus menggunakan kata-kata yang baik dan benar, baku dan sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.
Buat kita orang islam, ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai dengan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ilmu. Jadi, kalau kita sedang berdiskusi dalam perkuliahan maupun organisasi harus merujuk pada Al-Qur’an, petunjuk dan ilmu. Al-Qur’an mentindir keras orang-orang yang berdiskusi tanpa merujuk kepada ketiganya, ini ada dalam QS Luqman ayat 20.
-          Tidak bohong
Arti kedua dari qaulan sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong. Nabi Muhammad saw bersabda: “Jauhi dusta karena dusta membawa kamu pada dosa, dan dosa membawa kamu pada neraka. Lazimlah berkata jujur, karena jujur membawa kamu kepada kebajikan, membawa kamu pada surga.” Meskipun kepada anak-anak kita tidak dianjurkan berbohong kepada mereka, bahkan seharusnya kita mengajarkan kejujuran kepada mereka sejak dini.

2.    Qaulan Balighan (perkataan yang membekas pada jiwa, tepat sasaran, komunikatif, mudah mengerti)
Ungkapan ini terdapat dalam QS An-Nisa ayat 63 yang berbunyi:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
Kata “baligh” dalam bahasa arab artinya sampai, mengenai sasaran atau mencapai tujuan. Apabila dikaitkan dengan qaul (ucapan atau komunikasi), “baligh” berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat menggunakan apa yang dikehendaki. Oleh karena itu prinsip qoulan balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang efektif.

3.    Qaulan Masyura (perkataan yang ringan)
Dalam komunikasi, baik lisan maupun tulisan, mempergunakan bahasa yang mudah, ringkas dan tepat sehingga mudah dicerna dan dimengerti. Dalam Al-Qur’an ditemukan istilah qaulan maisura yang merupakan salah satu tuntunan untuk melakukan komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang mudah dimengertidan melegakan perasaan.[3]
Dalam Firman Allah dijelaskan:
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلا مَيْسُورًا
Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”. (QS. Al-Israa’: 28)
Maisura seperti yang terlihat pada ayat diatas sebenarnya berakar pada kata yasara, yang secara etimologi berarti mudah atau pantas. Sedangkan qaulan maisura menurut Jalaluddin Rakhmat, sebenarnya lebih tepat diartikan “ucapan yang menyenangkan,” lawannya adalah ucapan yang menyulitkan. Bila qaulan ma’rufa berisi petunjuk via perkataan yang baik, qaulan maisura berisi hal-hal yang menggembirakan via perkataan yang mudah dan pantas.[4]
4.    Qaulan Layyina (perkataan yang lemah lembut)
Perintah menggunakan perkataan yang lemah lembut ini terdapat dalam AlQur’an:
فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
Artinya: ”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Thaahaa:44).
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan komunikasi kita.
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.

5.    Qaulan Karima (perkataan yang mulia)
Islam mengajarkan agar mempergunakan perkataan yang mulia dalam berkomunikasi kepada siapapun. Perkataan yang mulia ini seperti terdapat dalam ayat AlQur’an (QS. Al Isra’ ayat 23) yaitu:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang baik”.
Dengan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa qaulan karimah adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.

6.    Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)
Qawlan ma’rufa dapat diterjemahkan dengan ungkapan yang pantas. Kata ma’rufa berbentuk isim maf’ul yang berasal dari madhinya, ’arafa. Salah satu pengertian mar’ufa secara etimologis adalah al-khair atau al-ihsan, yang berarti yang baik-baik. Jadi qawlan ma’rufa mengandung pengertian perkataan atau ungkapan yang baik dan pantas.[5]
Kata Qaulan Ma`rufa disebutkan Allah dalam QS An-Nissa ayat 5 dan 8, QS Al-Baqarah ayat 235 dan 263, serta Al-Ahzab ayat 32. Berikut ini Sabda Allah QS Al-Ahzab ayat 32 ialah:
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
Artinya: Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.”

Allah menciptakan segala sesuatu di dunia ini sangat sempurna saking sempurnanya tidak satu biji zahro pun luput dari penglihatannya, contoh kecil apa yang ada di dalam tubuh kita meski tidak terlihat tapi bagian tersebut bisa merasakan apa itu manis, pahit asin atau hambar karena apa yang kita rasakan pertama pun itu sesuatu hal yang baik yang sudah ada jatah atau disiapkan sejak dari kandungan dan pada saat dilahirkan oleh Allah yaitu Air Susu, meski tertutup oleh mulut dan tak bertulang Lidah memiliki begitu banyak fungsinya seperti yang kita rasakan saat ini.
Lidah seseorang atau disebut juga lisan sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Namun ucapan-ucapan yang tidak sesuai dengan tutur kata atau etika komunikasi akan mendatangkan konsekuensi bagi yang mengucapkannya baik itu disadari atau tanpa ia sadari.

Hal ini telah kita lihat atau dengar yang kasus akibat penistaan agama plt gubernur basuki cahaya purnama atau ahok dia dengan tegas mengucapkan beberapa kalimat yang tidak pantas di beberapa media massa (televisi) meski itu ungkapan politis atau pun perkatan emosional.

Ada larangan-larangan yang perlu diketahui dan ini pun yang tidak diketahui oleh ahok :
-          Larangan Memaki Orang Islam Tanpa Haq (Kebenaran)
-          Larangan Menyelidiki Kesalahan Orang Serta Mendengarkan Pada Pembicaraan Yang Orang Ini Benci Kalau la Mendengarnya
-          Larangan menyakiti

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu'min, lelaki atau perempuan, tanpa adanya sesuatu yang mereka lakukan, maka orang-orang yang menyakiti itu menanggung kebohongan dan dosa yang nyata." (al-Ahzab: 58)

Karena dengan kasus penistaan agama ini semakin membuka lebar peluang kejahatan yang ada di antara sesama kita maupun sesama orang islam (muslim). Kejahatan apakah itu dunia maya (cyberbullying).
Kejahatan dunia maya atau Cyberbullying memang sudah ada sejak lama kejahatan dunia maya sebetulnya segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyber bullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau telepon seluler.
Cyber bullying dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan dikategorikan sebagai cyber crime atau cyber stalking (sering juga disebut cyber harassment).

hal apa yang perlu di lakukan seseorang atau seorang muslim adalah ketika mengalami kesulitan, kebuntuan dan ketika hawa nafsu berada

Anas r.a.: Sekarang banyak diantaramu lakukan perbuatan dan dianggap biasa-biasa, tetapi pada masa Rosul perbuatan itu adalah nerusak agama (BUKHORI)

Sebagai penutup sekaligus doa yang saya kutip dari surat al mai’dah ayat 114 “......ya tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami dan menjadi tanda kekusaan engkau; berilah kami rezeki, dan engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki.”


Sumber :
https://www.academia.edu/11167050/ETIKA_KOMUNIKASI_DALAM_PERSPEKTIF_ISLAM
Kajian subuh di mesjid al muhajirin mengenai bab larangan kitab Riyadus-Shalihin
https://almanhaj.or.id/3197-menjaga-lisan-agar-selalu-berbicara-baik.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Cyberbullying
http://dakwahislam.net/menjaga-lisan/


[3] Djamarah, Syaiful Bahri., Pola Komunikasi Keluarga Orang Tua dan Anak dalam Keluarga, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 110
[4] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 91
[5] Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 85